“ Malioboro adalah sebuah Jalan sepanjang tidak lebih
dari 2 Kilo Meter yang membentang mulai dari persimpangan Rel Kereta Api
Stasiun Tugu Yogyakarta diujung utara hingga pertigaan pojokan Gedung Agung
diujung Selatan” Ujar Wahyudi salah satu pedagang di Malioboro. Malioboro
adalah sebuah Jalan legendaris yang menjadi ikon Kota Yogyakarta dengan
kehidupan kontras antara siang dan malamnya.
Saat siang hari, ruas Jalan Malioboro dipadati
kendaraan para pelancong maupun warga Yogyakarta yang beraktifitas disekitar
Jalan Malioboro, sementara dikanan-kiri jalan adalah toko-toko berbagai macam
kebutuhan pokok, serta sepanjang trotoar kaki limanya dijejali
lapak-lapak penjaja souvenir khas Yogyakarta, kemudian diujung selatannya ada
pasar Beringharjo, tak ketinggalan sejumlah pusat perbelanjaan dan hotel yang
mengguratkan kehidupan perekonomian warga Yogyakarta.
Sebaliknya pada malam hari, Malioboro dipenuhi aroma
berbagai sajian kuliner yang menggugah selera, yang terhampar di ratusan tikar
Warung lesehan dengan menu khas Gudeg Yogya, Bakmi Jawa, dan berbagai pilihan
Ayam/ Burung dara/ Bebek bakar dan goreng. Keriuhan suasana lesehan akan
ditimpali oleh alunan sejumlah seniman yang melantunkan musik dan lagu secara
nomaden dalam istilah kuno disebut sebagai “mbarang” atau pengamen.
Tambah Ari istri Wahyudi “Ditinjau dari segi bahasa,
kata malioboro berasal dari bahasa sansakerta yg berarti karangan bunga. Dahulu
kawasan Malioboro dikembangkan oleh Sri Sultan HB I pada th 1758, kawasan itu
sebelumnya dipakai untuk sarana perdagangan melalui pasar tradisional, dahulu
di kawasan itu banyak terdapat karangan bunga sebagai daya tarik, maka sangat
wajar jika kemudian kawasan itu dinamakan Malioboro.Ditinjau dari segi
letaknya, Malioboro berada segaris dengan gunung merapi, kraton dan pantai
parang tritis yogya”.
“Malioboro terletak 800 meter dari Kraton
Ngayogyokarto Hadiningrat. Jalan malioboro yogyakarta dulunya pernah menjadi
basis perjuangan tentara Indonesia saat terjadi agresi militer belanda. Jalan
malioboro diapit oleh bangunan gedung perkantoran dan gedung pertokoan sehingga
malioboro bisa berkembang menjadi pusat bisnis seperti sekarang ini di
Yogyakarta. Malioboro juga menjadi tempat berkumpulnya para seniman dan
sastrawan dari berbagai daerah yang bermukim di Yogyakarta” lanjut Ari.
Banyak wisatawan dari dalam maupun luar negeri yang
berkunjung ke Malioboro. “ Saya senang sekali bisa berkunjung ke Malioboro ini,
setiap ke Yogya mesti mampir kesini. Kita akan rugi jika ke Yogya tidak mampir
kesini.” Kata salah satu wisatawan dari Surabaya. Di Malioboro banyak sekali
pedagang yang berjualan makanan oleh- oleh khas Yogya yaitu bakpia pathok,
selain itu banyak juga yang berjualan pernak- pernik serba batik dan masih
banyak lagi. ( Devita S./ PBSI IV A)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar