Minggu, 05 Mei 2013

Pentas Seni Chairil Anwar Di UNP Kediri






KEDIRI-Seniman dari Madiun, Nganjuk, Jombang, Trenggalek, dan Kediri, bersama mahasiswa UNP Kediri menggelar pesta sastra sederhana di pelataran parkir Kampus 2 UNP Kediri, 29 april lalu. Sekitar dua ratus mahasiswa duduk lesehan di atas karpet menghadap ke panggung. Mereka menikmati acara yang digelar Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNP Kediri. Acara tersebut digelar untuk memperingati hari sastra Indonesia. Kebetulan, 28 April bertepatan dengan wafatnya penyair kenamaan Indonesia Chairil Anwar. Tokoh nasional ini juga diakui sebagai tonggak pembaharusan sastra Indonesia. Pesta sastra sengaja digelar keesokan harinya karena 28 April bertepatan dengan hari minggu. Selain mahasiswa UNP Kediri, mahasiswa sastra di berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki jurusan bahasa dan sastra juga memperingatinya. Selain diisi dengan baca puisi, acara juga diisi dengan kuliah umum. Perwakilan kelas mahasiswa PBSI dan cak Juwaini di dapuk membacakan puisi. Sedangkan kuliah umum yang dimoderatori Devy Mariyatul menghadirkan dua narasumber. Yaitu, Dr. Subardi Agan, M. Pd, budayawan sekaligus dosen UNP. Hadir pula seniman dan sastrawan Cucuk Espe. Yang membuat acara kemarin tak ubahnya pesta puisi Chairil Anwar adalah karena mayoritas puisi yang dibacakan adalah karya-karya Chairil Anwar. Dalam sesi kuliah umum, Cucuk Espe menekankan pentingnya “keliaran” Chairil Anwar sebagai pokok dari kreativitas. “cobalah kita belajar pada sifat “jalang” Chairil Anwar agar ada kemauan dan jalan untuk bisa kreatif” ulas cucuk espe. Sedangkan Dr. Subardi Agan mengajak untuk merenungi totalitas Chairil pada pilihan hidupnya untuk berkarya. Dalam suratnya kepada HB Jassin salah satu kata yang dituliskan adalah “sepenuh hati”. Disana, Chairil terlihat konsisten dengan pilihanya. Hanya orang yang menjalani hidup dengan sepenuh hati akan meninggalkan karya untuk dikenang dari generasi ke generasi. “Jadi apapun kita, mahasiswa, karyawan, pegawai, semua harus dilakukan dengan sepenuh hati” papar Subardi Agan. Sedangkan Cak Juwaini memperagakan kepenyairan dan keaktorannya dengan sangat puitis. Dia “bercerita” tentang perjalanan Chairil Anwar sembari membaca potongan puisi Chairil. (*/ut)

Dikutip dari : Jawa pos – Radar Kediri, 5 Mei 2013.
Pentas Seni Chairil Anwar Di UNP Kediri

KEDIRI-Seniman dari Madiun, Nganjuk, Jombang, Trenggalek, dan Kediri, bersama mahasiswa UNP Kediri menggelar pesta sastra sederhana di pelataran parkir Kampus 2 UNP Kediri, 29 april lalu. Sekitar dua ratus mahasiswa duduk lesehan di atas karpet menghadap ke panggung. Mereka menikmati acara yang digelar Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNP Kediri. Acara tersebut digelar untuk memperingati hari sastra Indonesia. Kebetulan, 28 April bertepatan dengan wafatnya penyair kenamaan Indonesia Chairil Anwar. Tokoh nasional ini juga diakui sebagai tonggak pembaharusan sastra Indonesia. Pesta sastra sengaja digelar keesokan harinya karena 28 April bertepatan dengan hari minggu. Selain mahasiswa UNP Kediri, mahasiswa sastra di berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki jurusan bahasa dan sastra juga memperingatinya. Selain diisi dengan baca puisi, acara juga diisi dengan kuliah umum. Perwakilan kelas mahasiswa PBSI dan cak Juwaini di dapuk membacakan puisi. Sedangkan kuliah umum yang dimoderatori Devy Mariyatul menghadirkan dua narasumber. Yaitu, Dr. Subardi Agan, M. Pd, budayawan sekaligus dosen UNP. Hadir pula seniman dan sastrawan Cucuk Espe. Yang membuat acara kemarin tak ubahnya pesta puisi Chairil Anwar adalah karena mayoritas puisi yang dibacakan adalah karya-karya Chairil Anwar. Dalam sesi kuliah umum, Cucuk Espe menekankan pentingnya “keliaran” Chairil Anwar sebagai pokok dari kreativitas. “cobalah kita belajar pada sifat “jalang” Chairil Anwar agar ada kemauan dan jalan untuk bisa kreatif” ulas cucuk espe. Sedangkan Dr. Subardi Agan mengajak untuk merenungi totalitas Chairil pada pilihan hidupnya untuk berkarya. Dalam suratnya kepada HB Jassin salah satu kata yang dituliskan adalah “sepenuh hati”. Disana, Chairil terlihat konsisten dengan pilihanya. Hanya orang yang menjalani hidup dengan sepenuh hati akan meninggalkan karya untuk dikenang dari generasi ke generasi. “Jadi apapun kita, mahasiswa, karyawan, pegawai, semua harus dilakukan dengan sepenuh hati” papar Subardi Agan. Sedangkan Cak Juwaini memperagakan kepenyairan dan keaktorannya dengan sangat puitis. Dia “bercerita” tentang perjalanan Chairil Anwar sembari membaca potongan puisi Chairil. (*/ut)

Dikutip dari : Jawa pos – Radar Kediri, 5 Mei 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar